Tantrum Pertama Si Gadis kecil :)
Dua minggu lalu, tepatnya tanggal 11 mei, Belkisa mengalami tantrum pertama
dalam hidupnya. Kalau kata teori-teori parenting, salah satu pencetus
anak tantrum adalah kondisi mengantuk yang amat sangat, dan itu memang yang dia rasakan saat itu. Jadi begini ceritanya, mumpung Adnan sedang di rumah, saya
memutuskan ke indomaret bersama ismail karena suatu kebutuhan, dan saat itu Belkisa sudah lelap bobo siang. Sepulang dari sana saya
menemukan dia sedang duduk manis di pangkuan Adnan. Menurut laporan yang memangku, beberap detik setelah saya pergi belkisa langsung bangun dan
mencari saya *tepok jidat.
Jadi bisa dibilang dia belum puas tidur, maka segera saya bujuk untuk kembali tidur, namun dia menolak dan mulai merengek. Alasannya, "mau makan". Buru-buru saya ambil nasi beserta lauknya dan saya coba menyuapinya. Ternyata dia kembali menolak. Lalu Belkisa beralih minta kue. Tentu saya berikan, tapi sayangnya si kue cuma mentok ada di genggamannya tanpa pernah naik level masuk ke mulut. Kelamaan kue itu meninggalkan remah di sekujur tubuhnya yang membuatnya semakin tak nyaman.
Bosan memegang kue, dia meminta naik mobil-mobilan tua Ismail yang roda depannya sudah pretelan. Saya angkat rongsokan tersebut dan berikan ke hadapannya. Dia menangis sejadi-jadinya sambil bilang, "becica aja...becica aja..becica aja".
Oh dia mau angkat sendiri, oke saya balikin lagi ke tempat semula. Dengan tertatih dia akhirnya berhasil membawa rongsokan mobil bersama sebelah rodanya yang sudah copot tersebut.
Sambil terus merengek dengan dosis yang makin tinggi, kali ini dia ingin memperbaiki roda yang pretelan tersebut.
"Roda satu lagi di mana ya?" tanya saya bingung.
Maka sambil berlinang air mata dia ikut mencari ke sekeling rumah. Setelah beberapa lama akhirnya saya berhasil menemukan. Lega...setidaknya penemuan ini akan membuat Belkisa bisa lebih tenang, pikir saya. Tapi apa yang terjadi saudara-saudara? Belkisa histeris mengetahui roda tersebut ditemukan saya lebih dahulu, bukan olehnya :p
"becica aja...becica aja...becica aja" tangisnya sambil guling-gulingan.
Oh, ok-ok saya pun segera mengembalikan roda tersebut di pojok ruangan dibalik gordyn...dia lalu menangis pilu di pojokan tersebut bersama sang roda.
Giliran saya mojok di dapur sambil ngelus dada, Ya Allah...gimana emak aye dengan lima anak ya? :p Setelah mojok sambil nangis, dia kembali membawa roda tersebut kali ini kembali dengan misi menyatukan yang terserak. Oh yes, saya tahu, pasti drama tangis-tangisan ini akan berlangsung lama, karena sejauh ini saya ga pernah berhasil menyatukan kedua roda itu. Apa lagi si bocah yang lagi dalam kondisi tantrum ini? Dan bener saja, drama tangis-tangisan itu berlangsung lama. Adnan dan Ismail turun tangan ikut membujuk, tapi semua gagal.
"Belkisa gendong yuk" ajak saya sambil menunjukan punggung saya. Biasanya ini selalu berhasil, dan untungnya kali ini masih berhasil...Sambil meninggalkan rongsokan mobil tersebut, Belkisa ambil posisi di punggung saya. Segera saya bawa ke kamar, kamar yang sejuk membuat Belkisa lumaya segar dan mengurangi senewennya. Tapi tetap emoh diajak bobok. Dia mau ke luar lagi, ok kali ini saya tidak ikuti keinginannya, toh di luar juga dia tidak tau apa yang dia inginkan. lebih baik ngadem di kamar.
Adnan ikutan masuk ke kamar untuk melihat kondisi Belkisa. Dia coba menggendong lalu diayun-ayunkan. Hal yang biasanya sangat dinanti Belkisa itu, kini malah membuatnya kembali histeris. Adnan menyerah, tapi dia ga bisa tahan untuk cium-cium belkisa dengan gemas.
Tapi apa yang terjadi? Reaksi Belkisa membuat saya dan adnan ngakak sejadi-jadinya, dia terus nangis sambil menghapus bekas ciuman Adnan berkali-kali di wajahnya. Seakan jijay bin murka, dia juga berusaha mengahapus semua sidik jari adnan yang tertinggal di seluruh tangan kecilnya. Dia menarik-narik lengan bajunya dengan frustasi :D entahlah apakah saya merasa pantas menertawakan hal tersebut, tapi yang pasti pemandangan itu membuat kami geli hehehe.
Kami diamkan dia menangis di hadapan pintu yang terkunci. Terus saya tawari dia untuk menyusu, akhirnya dia luluh, dengan ekspresi jengkel dia mulai menyusu. Setelah ritme nafasnya kembali normal saya coba tes emosinya. "belkisa mata mana?" dengan gaya sebal dan buru-buru dia menunjuk matanya. Alhamdulillah...udah mulai eling. "Kalau kuping mana?" tanya saya lagi. Dia menunjuk kupingnya. Nah pertanyaan berikutnya mungkin akan menyulut kembali emosinya, mengingat tadi dia sebel banget dengan yang akan saya tanya ini, "kalau babo mana?"
"Itu babo" katanya sambil berhenti menyusu.
"Cium babo" pinta saya agak 'keterlaluan'.
Ternyata Belkisa dengan suka cita menuju adnan, sebuah kecupan didaratkan ke pipi si babo. Alhmdulillah, semua kembali normal :D
Memang benar, menghadapi anak tantrum tidak bisa dengan 'tantrum' tandingan. Ikutan panik atau pun marah tidak akan membuat tantrumnya reda, yang ada malah membuat energi kedua pihak terkuras. Saya ingat, ismail waktu berusia tiga tahun pernah tantrum di ITC saat siang bolong. alasannya karena hal yang sama, ismail sudah sangat ngantuk dan lelah siang itu, namun saya dan ibu saya belum kelar menyelesaikan persiapan perjalanan menuju Sumatra beberapa hari lagi. Setelah 'beranjang sana' ke beberapa tempat mengantar ibu saya menyelesaikan urusan beliau yang lain, terakhir kami harus belanja beberapa hal yang kami butuhkan di ITC.
Perlu diketahui, saya tipikal perempuan yang ga doyan shoping. Jadi bisa dibilang saya jarang ke pusat perbelanjaan kalau ga perlu-perlu banget. 'Cara' belanja saya pun ga se-complicated kaum hawa pada umumnya. Kalau saya butuh satu barang, maka saya hanya akan mencari barang tersebut, setelah dapat, pulang. Ga perlu pake lama berenti dan mengamati benda unyu-unyu di sekeliling. Kalau bisa semua keperluan dibabat habis saat itu juga, supaya ga balik-balik lagi. Dan entah kenapa, saya selalu merasa ngantuk kalau ada di pusat perbelanjaan sehingga ingin cepat-cepat pulang.
Tapi ternyata keputusan kami yang ingin segera pulang dari pusat perbelanjaan malah berujung mengenaskan. Selain Ismail yang tantrum sejadi-jadinya di pusat keramaian hingga mengulur waktu yang sangat panjang plus menanggung rasa malu karena jadi pusat tontonan pengunjung lainnya, list belanjaan kami juga ga berkurang satupun. Haruskah balik lagi lain waktu untuk menyelesaikan misi belanja ini? no way! kejadian ismail tantrum ini benar-benar membuat saya trauma membawanya ke pusat perbelanjaan hingga beberapa tahun setelahnya :/
Ya, itu satu-satunya tantrum yang ismail alami sejauh ini. Bukan berarti setelahnya ismail tidak pernah menangis atau merengek, wah itu mah sering banget, setiap hari malah. Tapi yang sampai guling-guling dan menutup 'akses' komunikasi dengannya itu benar-benar kali itu aja.
Setelahnya, sebelum pergi saya pastikan dia dalam kondisi yang kenyang, cukup tidur, dan dengan banyak perjanjian. Satu yang wajib saya ucapkan dan ulang berkali-kali adalah perjanjian ini, "Nanti ismail cuma boleh beli mainan satu saja (atau gak beli sama sekali karena baru saja kemarin beli)". Ya, semua jurus ini cukup berhasil. Kalaupun ada adegan rengek-rengekan, tapi dia masih bisa diajak komunikasi.
Dan dari sekian banyak persiapan yang harus dimiliki dalam menghadapi anak tantrum, hal yang mutlak dipersiapkan adalah persiapan mental ortunya. Berikut beberapa poin yang saya lakukan, saat Belkisa tantrum (saya merasa failed saat Ismail:p)
1. Dzikir lalu pejamkan mata sambil tarik nafas dalam dan menghembuskan nafas perlahan. Cara ini adalah awal yang baik dalam menghadapinya.
2. Tetap cool dan gak terpancing untuk ikutan nangis adalah salah satu langkah yang oke juga. Lagi pula, malu kali emak-emak nangis di depan umum.
3. Mensugesti diri bahwa "all is well" seperti yang dilakukan si Rancho (dalam 3 idiots) atau bersenandung ala om Chrisye dengan tembangnya, "badai pasti berlalu". Hal ini setidaknya bisa membantu kita lebih PD untuk 'berjibaku' menentramkan tantrumnya. Syukur-syukur kalau si anak jadi berhenti tantrum karena mendengar suara kita (entah karena saking indahnya atau saking mengerikannya xD).
4. Yang harus diingat bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini. Termasuk ortu yang sempurna ataupun balita yang sempurna, jadi ingin cepat-cepat menyelesaikan tantrum sang anak karena malu didengar/dilihat orang hanya menambah beban kita. So, abaikan perasaan tersebut :)
5. membawa sang anak ke tempat yang lebih nyaman (tempat lebih sepi, lebih sejuk, dan lebih tenang). Dan poin ini agak sulit kl anak sudah lebih besar, karena anak tantrum ga tau kenapa tiba-tiba tubuhnya lebih berat dari sebelumnya, :P jadi sebelum mebopongnya, bersiaplah mengerahkan energi terbaik Anda, hahaha *ketawa puas*.
Percaya ga percaya, momen tantrum anak suatu saat menjadi momen yang sering dikenang para ortu:) Jadi melewatinya dengan tenang, tanpa sadar kita telah menciptakan momen kenangan indah di masa depan. Kenangan tantrum pertama Ismail dan tantrum Belkisa, memiliki rasa yang beda di hati saya. Kalau ingat saat tantrum Ismail, sekarang saya agak merasa sedih. Sedih karena, saat kejadian tersebut saya gagal menyelesaikan misi belanja saya :p Eh, yang benar, sedih karena saat itu saya banyak menyesali diri sendiri dan diri ismail. Pertanyaan seperti, "kenapa harus bawa ismail (tidak dititipkan ke babonya)?", "kenapa harus berangkat jam segitu (waktu istirahat ismail)?", "kenapa ismail sangat tidak kooperatif?" Dan pertanyaan-pertanyaan sejenis beterbangan di kepala saya saat itu.
Sementara untuk tantrum pertama Belkisa, saya malah banyak menemukan momen lucu. Saat kejadian saya banyak meperhatikan gerak geriknya yang lucu ketibang fokus dengan suara tangisnya. Caranya dia mencibir ke arah kami sementara wajahnya bersimbah air mata, caranya melangkah sambil buang muka, caranya mojok di balik gordyn, hingga caranya menghapus bekas kecupan si Babo membuat saya selalu tertawa. Ya kenangan sejenis itu lah yang mendominasi perasaan saya, karena saat itu saya lebih memilih untuk menikmati 'drama tantrum' ini ketibang ikutan stress.
Sebab saya tahu persis, kenangan akan menjadi indah ataupun tidak, bergantung dari bagaimana kita menghadapinya saat itu. Dengan begitu saya memilih banyak menciptakan kenangan indah, termasuk dari momen tantrum si gadis kecil ini :)
Jadi bisa dibilang dia belum puas tidur, maka segera saya bujuk untuk kembali tidur, namun dia menolak dan mulai merengek. Alasannya, "mau makan". Buru-buru saya ambil nasi beserta lauknya dan saya coba menyuapinya. Ternyata dia kembali menolak. Lalu Belkisa beralih minta kue. Tentu saya berikan, tapi sayangnya si kue cuma mentok ada di genggamannya tanpa pernah naik level masuk ke mulut. Kelamaan kue itu meninggalkan remah di sekujur tubuhnya yang membuatnya semakin tak nyaman.
Bosan memegang kue, dia meminta naik mobil-mobilan tua Ismail yang roda depannya sudah pretelan. Saya angkat rongsokan tersebut dan berikan ke hadapannya. Dia menangis sejadi-jadinya sambil bilang, "becica aja...becica aja..becica aja".
Oh dia mau angkat sendiri, oke saya balikin lagi ke tempat semula. Dengan tertatih dia akhirnya berhasil membawa rongsokan mobil bersama sebelah rodanya yang sudah copot tersebut.
Sambil terus merengek dengan dosis yang makin tinggi, kali ini dia ingin memperbaiki roda yang pretelan tersebut.
"Roda satu lagi di mana ya?" tanya saya bingung.
Maka sambil berlinang air mata dia ikut mencari ke sekeling rumah. Setelah beberapa lama akhirnya saya berhasil menemukan. Lega...setidaknya penemuan ini akan membuat Belkisa bisa lebih tenang, pikir saya. Tapi apa yang terjadi saudara-saudara? Belkisa histeris mengetahui roda tersebut ditemukan saya lebih dahulu, bukan olehnya :p
"becica aja...becica aja...becica aja" tangisnya sambil guling-gulingan.
Oh, ok-ok saya pun segera mengembalikan roda tersebut di pojok ruangan dibalik gordyn...dia lalu menangis pilu di pojokan tersebut bersama sang roda.
Giliran saya mojok di dapur sambil ngelus dada, Ya Allah...gimana emak aye dengan lima anak ya? :p Setelah mojok sambil nangis, dia kembali membawa roda tersebut kali ini kembali dengan misi menyatukan yang terserak. Oh yes, saya tahu, pasti drama tangis-tangisan ini akan berlangsung lama, karena sejauh ini saya ga pernah berhasil menyatukan kedua roda itu. Apa lagi si bocah yang lagi dalam kondisi tantrum ini? Dan bener saja, drama tangis-tangisan itu berlangsung lama. Adnan dan Ismail turun tangan ikut membujuk, tapi semua gagal.
"Belkisa gendong yuk" ajak saya sambil menunjukan punggung saya. Biasanya ini selalu berhasil, dan untungnya kali ini masih berhasil...Sambil meninggalkan rongsokan mobil tersebut, Belkisa ambil posisi di punggung saya. Segera saya bawa ke kamar, kamar yang sejuk membuat Belkisa lumaya segar dan mengurangi senewennya. Tapi tetap emoh diajak bobok. Dia mau ke luar lagi, ok kali ini saya tidak ikuti keinginannya, toh di luar juga dia tidak tau apa yang dia inginkan. lebih baik ngadem di kamar.
Adnan ikutan masuk ke kamar untuk melihat kondisi Belkisa. Dia coba menggendong lalu diayun-ayunkan. Hal yang biasanya sangat dinanti Belkisa itu, kini malah membuatnya kembali histeris. Adnan menyerah, tapi dia ga bisa tahan untuk cium-cium belkisa dengan gemas.
Tapi apa yang terjadi? Reaksi Belkisa membuat saya dan adnan ngakak sejadi-jadinya, dia terus nangis sambil menghapus bekas ciuman Adnan berkali-kali di wajahnya. Seakan jijay bin murka, dia juga berusaha mengahapus semua sidik jari adnan yang tertinggal di seluruh tangan kecilnya. Dia menarik-narik lengan bajunya dengan frustasi :D entahlah apakah saya merasa pantas menertawakan hal tersebut, tapi yang pasti pemandangan itu membuat kami geli hehehe.
Kami diamkan dia menangis di hadapan pintu yang terkunci. Terus saya tawari dia untuk menyusu, akhirnya dia luluh, dengan ekspresi jengkel dia mulai menyusu. Setelah ritme nafasnya kembali normal saya coba tes emosinya. "belkisa mata mana?" dengan gaya sebal dan buru-buru dia menunjuk matanya. Alhamdulillah...udah mulai eling. "Kalau kuping mana?" tanya saya lagi. Dia menunjuk kupingnya. Nah pertanyaan berikutnya mungkin akan menyulut kembali emosinya, mengingat tadi dia sebel banget dengan yang akan saya tanya ini, "kalau babo mana?"
"Itu babo" katanya sambil berhenti menyusu.
"Cium babo" pinta saya agak 'keterlaluan'.
Ternyata Belkisa dengan suka cita menuju adnan, sebuah kecupan didaratkan ke pipi si babo. Alhmdulillah, semua kembali normal :D
Memang benar, menghadapi anak tantrum tidak bisa dengan 'tantrum' tandingan. Ikutan panik atau pun marah tidak akan membuat tantrumnya reda, yang ada malah membuat energi kedua pihak terkuras. Saya ingat, ismail waktu berusia tiga tahun pernah tantrum di ITC saat siang bolong. alasannya karena hal yang sama, ismail sudah sangat ngantuk dan lelah siang itu, namun saya dan ibu saya belum kelar menyelesaikan persiapan perjalanan menuju Sumatra beberapa hari lagi. Setelah 'beranjang sana' ke beberapa tempat mengantar ibu saya menyelesaikan urusan beliau yang lain, terakhir kami harus belanja beberapa hal yang kami butuhkan di ITC.
Perlu diketahui, saya tipikal perempuan yang ga doyan shoping. Jadi bisa dibilang saya jarang ke pusat perbelanjaan kalau ga perlu-perlu banget. 'Cara' belanja saya pun ga se-complicated kaum hawa pada umumnya. Kalau saya butuh satu barang, maka saya hanya akan mencari barang tersebut, setelah dapat, pulang. Ga perlu pake lama berenti dan mengamati benda unyu-unyu di sekeliling. Kalau bisa semua keperluan dibabat habis saat itu juga, supaya ga balik-balik lagi. Dan entah kenapa, saya selalu merasa ngantuk kalau ada di pusat perbelanjaan sehingga ingin cepat-cepat pulang.
Tapi ternyata keputusan kami yang ingin segera pulang dari pusat perbelanjaan malah berujung mengenaskan. Selain Ismail yang tantrum sejadi-jadinya di pusat keramaian hingga mengulur waktu yang sangat panjang plus menanggung rasa malu karena jadi pusat tontonan pengunjung lainnya, list belanjaan kami juga ga berkurang satupun. Haruskah balik lagi lain waktu untuk menyelesaikan misi belanja ini? no way! kejadian ismail tantrum ini benar-benar membuat saya trauma membawanya ke pusat perbelanjaan hingga beberapa tahun setelahnya :/
Ya, itu satu-satunya tantrum yang ismail alami sejauh ini. Bukan berarti setelahnya ismail tidak pernah menangis atau merengek, wah itu mah sering banget, setiap hari malah. Tapi yang sampai guling-guling dan menutup 'akses' komunikasi dengannya itu benar-benar kali itu aja.
Setelahnya, sebelum pergi saya pastikan dia dalam kondisi yang kenyang, cukup tidur, dan dengan banyak perjanjian. Satu yang wajib saya ucapkan dan ulang berkali-kali adalah perjanjian ini, "Nanti ismail cuma boleh beli mainan satu saja (atau gak beli sama sekali karena baru saja kemarin beli)". Ya, semua jurus ini cukup berhasil. Kalaupun ada adegan rengek-rengekan, tapi dia masih bisa diajak komunikasi.
Dan dari sekian banyak persiapan yang harus dimiliki dalam menghadapi anak tantrum, hal yang mutlak dipersiapkan adalah persiapan mental ortunya. Berikut beberapa poin yang saya lakukan, saat Belkisa tantrum (saya merasa failed saat Ismail:p)
1. Dzikir lalu pejamkan mata sambil tarik nafas dalam dan menghembuskan nafas perlahan. Cara ini adalah awal yang baik dalam menghadapinya.
2. Tetap cool dan gak terpancing untuk ikutan nangis adalah salah satu langkah yang oke juga. Lagi pula, malu kali emak-emak nangis di depan umum.
3. Mensugesti diri bahwa "all is well" seperti yang dilakukan si Rancho (dalam 3 idiots) atau bersenandung ala om Chrisye dengan tembangnya, "badai pasti berlalu". Hal ini setidaknya bisa membantu kita lebih PD untuk 'berjibaku' menentramkan tantrumnya. Syukur-syukur kalau si anak jadi berhenti tantrum karena mendengar suara kita (entah karena saking indahnya atau saking mengerikannya xD).
4. Yang harus diingat bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini. Termasuk ortu yang sempurna ataupun balita yang sempurna, jadi ingin cepat-cepat menyelesaikan tantrum sang anak karena malu didengar/dilihat orang hanya menambah beban kita. So, abaikan perasaan tersebut :)
5. membawa sang anak ke tempat yang lebih nyaman (tempat lebih sepi, lebih sejuk, dan lebih tenang). Dan poin ini agak sulit kl anak sudah lebih besar, karena anak tantrum ga tau kenapa tiba-tiba tubuhnya lebih berat dari sebelumnya, :P jadi sebelum mebopongnya, bersiaplah mengerahkan energi terbaik Anda, hahaha *ketawa puas*.
Sementara untuk tantrum pertama Belkisa, saya malah banyak menemukan momen lucu. Saat kejadian saya banyak meperhatikan gerak geriknya yang lucu ketibang fokus dengan suara tangisnya. Caranya dia mencibir ke arah kami sementara wajahnya bersimbah air mata, caranya melangkah sambil buang muka, caranya mojok di balik gordyn, hingga caranya menghapus bekas kecupan si Babo membuat saya selalu tertawa. Ya kenangan sejenis itu lah yang mendominasi perasaan saya, karena saat itu saya lebih memilih untuk menikmati 'drama tantrum' ini ketibang ikutan stress.
Sebab saya tahu persis, kenangan akan menjadi indah ataupun tidak, bergantung dari bagaimana kita menghadapinya saat itu. Dengan begitu saya memilih banyak menciptakan kenangan indah, termasuk dari momen tantrum si gadis kecil ini :)
Komentar
Posting Komentar