Dari Roll Film Hingga Pensieve

Orang yang segenerasi saya (atau bahkan lebih tua dari saya) pasti masih ingat, dulu kalau ada momen berharga, kaya piknik, acara kelulusan, pernikahan, dan semacamnya orang mengabadikan momen spesial tersebut dengan kamera yang sederhana (sederhana untuk ukuran kita sekarang sih, mungkin pada masanya udah paling modern). Saat itu kamera yang diandalkan harus pake roll film dengan teknologi analog. Setelah ambil satu foto, kita gak bisa liat hasilnya langsung saat itu juga. Kudu sabar nunggu roll filmya habis dulu (tanpa bisa diedit atau dihapus), kemudian dicetak di studio, dan taraaaa...baru kelihatan deh mana yang layak simpan.
Setelah menunggu berhari-hari yang paling gondok adalah ketika mengetahui semua hasil foto 'kebakar'. Atau yang paling sering terjadi, saat dicetak, susah nemuin hasil foto yang 'sempurna'. Terkadang modelnya kefoto pada saat yang lagi merem-lah. Ada kalanya tong sampah ikut difoto dipojokan lah. Atau jempol si pemotret menghalangi pemandangan bagus. Gak jarang hasilnya buram karena saat ambil foto, yang pegang kamera hiperaktif (alias ga bisa diem). Dan masih banyak hal-hal semacamnya yang bikin ilfil.
Nah kebayang, dong, kalau fotonya berame-rame. Pastinya susah banget nemuin foto yang bagusnya merata. Karenanya pada jaman itu ga ada tuh trend nyelfie (dari kata dasar: selfie). Mana bisa foto manyun-manyun sambil pegang kamera sendiri. selain susah mengoprasikan kamera analog untuk foto selfie, cari angel yang pas buat nyelfie itu tentunya bentuk kemubaziran yang paling nyata untuk sebuah pose yang gak penting satu itu.
Beda dengan saat ini, mau mengabadikan momen berharga menjadi mudah. Saking mudahnya semua momen jadi keliatan berharga. Makan keluar, hidangan datang dibawa pelayan, langsung "jepret". Kalau sudutnya ga bagus, tinggal delete dan jepret lagi sampe nemu sudut yang ok. Saat kumpul-kumpuk, ga bakal lengkap tanpa acara foto-foto. Ga usah ngacir ke fuji film (bukan sponsor) dulu untuk ngisi kamera dg roll filmnya. Tinggal keluarin itu si bebeh, android, dan kawan-kawan, mereka akan senang hati mengabadikan kenarsisan kita. Gak cukup begitu, kalau gak percaya diri dengan tampang sendiri, bisa juga minta bantuan sotosop setelahnya *dijamin cara ini jauh lebih murah dibanding oprasi plastik*.
Maka sekarang, dari hasil tespack kehamilan, sampe sobekan tiket bioskop pun layak untuk diabadikan. Kadang yang saya tangkap, ga sedikit orang yang kumpul-kumpul demi mengejar momen foto-foto, dibanding momen kebersamaannya. Bukannya, suudzhon, sebab gak jarang momen kumpul-kumpul malah pada sibuk dengan gadget masing-masing. Semua baru bisa fokus ke acara cuma pas bagian foto-fotonya doang
Alhamdulillahnya, sehobi-hobinya saya mengabadikan momen, tapi saya gak pernah masuk dalam 'komunitas' yang sibuk bbm-an masing-masing saat kumpul. Gak teman-teman atau pun keluarga. mereka adalah orang-orang yang beneran eksis di dunia nyata maupun dunia mayanya saya. Bahkan saat bersama keluarga justru lebih sering absen untuk mengabadikan momen spesial dibanding sama teman-teman. Mungkin karena momen kumpul-kumpul keluarga terlalu banyak, jadi bosen juga mengabadikannya. Walau pada akhirnya pas acara kelar, pasti ada keselip penyesalan karena ga sempet foto-foto. Yah, sesering apapun. tapi tiap pertemuan kan momennya beda. Kenangan yang ada juga pasti beda.
Sebab yang saya rasakan sekarang, saya sangat berterima kasih pada diri saya yang dahulu saat melihat segala bentuk kenangan yang terabadikan. Walau kadang efeknya gak selalu happy saat melihat kenangan tersebut, tapi saya selalu bersyukur sempat menyimpannya.
Karena alasan yang sama pula saya akhirnya menguatkan tekad untuk kembali menulis. Uhuk...sebenernya agak berlebihan juga sih kalau menggunakan diksi "kembali". Secara saya sebelumnya juga gak pernah menjadi penulis (baik yang ringan-ringan maupun yang berat-berat). Sempat sih dulu punya akun MP, tapi itu juga ga terlalu lama digunakan, setelah akhirnya tuh akun terkubur bersama mokatnya 'eksistensi' multiply di ranah jejaring sosial.
Saya juga sempat punya (beberapa) akun di blogspot. Entah karena emang karena pelupa akut, atau niat saya yang emang masih lonjong (alias kurang bulat), alhasil nasib akun saya selalu berakhir tragis. Tragis, karena saya ga bisa buka akun sendiri kendati lupa passwordnya Tapi kali ini saya bertekad gak akan melupakan password akun ini lagi. Kalau perlu ayo kita pake sumpah pocong *lah kenapa jadi gaya farhat abbas gini?*
Selain untuk saya pribadi, sebenernya manfaat nulis macam ini bisa jadi kenangan bagi anak cucu kelak *khusyuk doa semoga blogger msh ada saat itu dan saya ga cukup pikun untuk melupakan passwordnya (lagi)*. Harapannya, nanti anak-anak saya punya gambaran kehidupan emaknya secara orisinil dari sumbernya langsung (yaitu saya). Bukan dongeng yang dikisahkan dari mulut ke mulut dan turun temurun bak cerita rakyat
Kalau udah gini kadang saya menyalahkan jk. Rowling karena dia membuat saya cembokur pada Dumbledore yang punya pansieve untuk menyimpan dan mengingat sebuah kenangan. Kalau saya punya itu benda, setidaknya saya gak bakal curi-curi waktu dari kejaran para fans (anak-anak) dan tanggung jawab yang lain seperti sekarang saat ingin ngeblog.
Tapi apa mau dikata, saya kudu terima kenyataan kalau hidup ini lebih menarik tanpa pensieve *menghibur diri*. Ya, karena tanpa pensieve, saya belajar berkomitmen (dalam hal ini meluangkan waktu untuk menulis) dan berusaha untuk mengatur waktu lebih baik lagi. Lagi pula, engkong Dumbledore cuma bisa mengulang kenangannya sekali secara utuh dengan pensievenya, sementara saya bisa berulang-ulang melihat kenangan dari banyak media.
See, kalau mau legowo dengan kondisi yang ada, segala sesuatu yang kita miliki bisa keliatan lebih istimewa dari milik orang kan? *itu juga kalau Dumbledore bisa diperhitungkan sebagai orang* Bahkan saya rasa Dumbledore pun kini cembokur oleh para bloger

Komentar

  1. Asiik! Suka deh baca tulisannya Adek, jadi ikut senang dengan kemunculan "pensieve 3.0" ini. Smg langgeng smp lebih tua dari Dumbledore ;)

    Dan kayanya ini komentar pertama di blog ini yaa.. Yay! *bangga*

    BalasHapus
  2. Ayyyy ka aca...terharu kk sudi mampir *kaya nama warung jamu gini ya "sudi mampir"*

    BalasHapus
  3. Dan aku pun sedang meng-azzam-kan diri untuk senang menulis kak, untuk berbagi dan punya kenangan untuk diri sendiri kelak :')
    Dan aku senang dirimu pun jg demikian kak Adek ^-^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hey ini rika kan? Sbb potonya lg buang muka sih :D

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

welcome world, Belkisa #2

Halalin Adek Bang

Relatif itu...