Pelajaran yg Datang (selalu) Tepat pd Waktunya...
dipostingkan di FB pada tanggal 14 june 2010
===
Banyak hikmah yang dapat diambil dari sebuah kmatian. Bagiku hikmah terbesar dari sebuah kematian adalah pengingatan diri akan keniscayaan bahwa setiap kita akan pergi mninggalkan dunia ini. Pergi ke dunia kekal tanpa mebawa apa dan siapapun selain 3 amalan (amal jariah, ilmu bmnfaat dan doa ank shalih).
Sering kali aku btanya...apakah para pembuat maksiat, para pezina yg bersuami/beristri, para koruptor, para pencuri hak-hak mahluk lain, tidak pernah kah mereka melihat prosesi kmatian? Atau setidaknya apakah mereka tidak tahu bahwa dirinya akan mati terbaring kaku? Atau mungkin mereka tak myakini hari berbangkit? Hari dimana smua aib dan dosa akan dibuka dan dibalas dengan seadil-adilnya? Ah atau barangkali, mreka 'hanya' tak mampu mngendalikn hawa nafsu? Tapi bukankah DIA mengaruniai masing-masing kita nafsu sekaligus akal utuk menafakuri segalanya? Sehingga kedua hal itulah yang mebedakn kita dengan hewan dan malaikat.
Hamdallah...saat hati ini sedang 'kering' , tiba-tiba peringatan itu datang siang ini. Baru saja malaikat maut berkunjung ke wilayah tempat tinggal kami. Kini giliran Nena suami yang dijemputnya. Innalillahi wa inailaihi rajiun. Smoga Nena tenang di peristirahatannya.
Aku hadir 15 menit setelah beliau menghembuskn nafas terakahir. Walau aku yakin tak ada keterkejutan akan keberangkatan belliau ini, namun tak bisa dipungkiri anak dan cucu beliau tak mampu menyembunyikan haru dan tangis lirih yang tertahan. Wajah pilu dan sembab ketujuh putra dan putrinya mengelilingi jasad kakunya.
Tak banyak yang bisa kuingat tentang bliau. Awal pernikahan kami, dari jakarta suami mengabarkan keluarga besarnya bahwa kami telah sah menikah, respon Nena saat itu, "Istri adnan org jauh.....berasal dr India“ :) tak ada yg bniat meluruskan ttg hal itu, "percuma“ itu alasan anak cucu beliau saat itu. Percuma, sebab sejak 2 thn sebelum kami mnikah.... Serangn Stroke yg dtrimanya memulai halaman kehidupan baru sebagai orang tua pikun .
Lain halnya 10 bulan ba'da mnikah. Ketika untuk pertama kalinya aku menatapnya, menyentuh jari jemarinya, dan mngecupnya secara langsung. Nena ternyata mengenaliku. Ya, beliau mengenaliku sebagai orang asing. Selama 1 jam aku berada di sana...dan slama itu pula beliau berkali-kali bertanya pada orang-orang di sekelilingnya "siapa wanita ini?“ Selalu sepupu-sepupu suamiku menjawab "Annisa--istri adnan, Nana tau kan adnan?“ dan beliau mengangguk degan senyum mngembang...dan tak berapa lama pertanyaan yang sama akan beliau ucapkan kmbali.
Tak jauh berbeda ketika ismail lahir. Hal yg sama beliau tanyakan tentang ismail, "bayi siapa ini?“ dan petanyaan itu terus berulang hingga tak seorangpun yg mau menjawabnya krn 'lelah'.
Saat ismail mulai mengenal makanan padat. Sering kali mertuaku meminta sedikit 'jatah' untuk dibagi ke Nana. Ah....Nana kembali seperti bayi. Tidak hanya makanan saja yg seperti ismail kala itu, Nana juga sudah tak mampu duduk spt biasa. Kini Nana hanya terbaring di sudut ruang keluarga yg sejak saat itu sengaja diatur sedemikian rupa, hingga efektif dan nyaman bagi nana untuk mengisi hari-harinya. Ya! Beliau seakan kembali seperti bayi ismail. Tak berdaya, dan hanya mampu meracau. Hanya yg mbedakan bayi ismail dg Nana adalah...reaksi mata orang2 yg memandangnya.
Setiap kali aku berkunjung mbawa ismail ke tempat nana, para org dewasa tertawa dan tersenyum melihat tingkah polah ismail...tapi ketika beralih melihat Nana, yg ada hanyalah tatapan pasrah akan kedatangan malaikat maut mbawa bliau pergi; Ketika sosok Ismail selalu menjadi pusat perhatian...sementara sosok Nana terbaring diam di sudut ruang dengan dunianya sendiri. Allahu Rabb...tak salah jika kasih anak tak layak disandingkan dg kasih org tua pd anaknya... Karena ketika anak 'mengasuh' orang tua sembari menunggu kematian sang ortu, sementara org tua merawat anak-anaknya sembari mengharap kehidupan anak2nya....Allahu Rabb...sungguh tidak layak disandingkan.
Seminggu lalu, ketika aku mgunjungi Nana...aku menemukan mertua dan slh seorng tante suami, menangis di sisi Nana. "ada apa?“ tanyaku pd suami....dg suara berat suami mngatakan "kami sudah mngikhlaskan Nana...kapanpun Nana pergi kami ikhlas“. Ya...Nana tak ubahnya mayat hidup yg tiap detik mdesahkn nafas secara perlahan.
Hingga akhirnya waktu keberangkatan itu pun datang. Malaikat maut menjemput Nana siang ini. Walau mereka mengikhlaskan, namun bukan berarti tak ada duka bagi yg telah mngikhlaskan. Walau mereka menanti saat kepergian tersebut, tapi tetap saja keterpukulan itu datang bagi yang ditingal.
Selamat jalan Nana. Selamat jalan wahai wanita yg telah mngalirkan sepersekian darahnya bagi para lelaki yg kucintai: Adnan dan ismail. Sampai berjumpa lagi Nana, smoga tempat kita berkumpul adalah jannah nan indah dan kekal...dan saat itu nana akn mngenalku dan bayiku ismail.
Sarajevo 14 june 2010
Sambil mnina-bobokan ismail sepulang mngntr kbrangktn nana.
Komentar
Posting Komentar