Aku Memlih Bahagia



Sayangku, Adnan Klovo

Orang bilang hidup ini adalah rangkaian dari berjuta pilihan. Seperti pagi ini ketika kau bisa memilih untuk jengkel karena keteledoranku yang telah  merusak salah satu celana kerja favoritmu,  nyatanya kau memilih untuk berkata, “wah, ini pertanda sudah  saatnya aku beli yang baru lagi, nih,” ucapmu sambil mengedipkan  mata. Ya, kau bisa marah, tapi nyatanya kau  memilih untuk menjadi sebaliknya. Begitu pula aku, aku memilih menjadi bahagia bersamamu. Bukan, bukan karena segala hal yang  kita hadapi melulu suka cita, melainkan karena aku memilih menjadi seperti itu. Ya, aku memilih menjadi orang yang berbahagia bersamamu.

Orang bilang, bahagia itu sederhana. Cukup kita mensyukuri dengan apa yang kita miliki dan bersabar dengan apa yang belum dimiliki, maka bisa dipastikan kita sudah mengantongi kunci kebahagian. Walau nyatanya proses untuk menjadi bahagia itu kadang harus kita lewati dengan adu argumen yang sengit dan tumpahan air mata (dari pihakku, tentunya :p ), dan toh meski begitu aku masih memilih menjadi orang yang berbahagia bersamamu.

Orang bilang pertengkaran adalah bumbu pernikahan. Pernikahan yang tak pernah mengalami pertengkaran bisa dipastikan bukan pernikahan yang ideal. Meski tentu, proporsi antara pertengkaran dan kedamaian tidak sama rata, apa lagi hingga pertengkaran yang mendominasi. Seperti garam dalam sebuah masakan, pertengkaran harusnya hanya mendapat porsi sebagai pelengkap dalam pernikahan. Walau nyatanya, aku selalu tak bisa menakar semua proporsi tersebut dalam pernikan kita, dan lagi-lagi aku tetap memilih untuk berbahagia bersamamu di tengah-tengah ketidakmampuanku menakar :D

Aku bahagia dengan usahamu mencintaiku yang belum pernah (atau mungkin tak akan pernah) sempurna; Aku bahagia walau kau tak pandai memasak untukku meski di saat aku tak sehat sekalipun; Aku bahagia walau aku tahu betapa kau menghindari urusan toilet anak-anak dan menyerahkan seutuhnya padaku; Aku bahagia walau kau sangat bawel oleh hal-hal kecil yang biasanya luput dari kaum Adam pada umumnya; Aku bahagia karena aku tahu aku pun manusia yang tak sempurna untukmu :)

Bagaimanapun kau membuat berbahagia menjadi sederhana, sesederhana kecupan lembutmu di punggung tanganku dan berucap, "tangan surga" saat aku selesai menghidangkan makan malam untukmu; Bahagia juga kau buat sederhana, sesederhana kau mengucap, “terima kasih telah melahirkan dan merawat anak-anak selucu mereka,” setelah kau puas bermain dangan duo Klovo junior. Bahagia kau buat sederhana, sesederhana kau ucapkan “maaf, kalau aku sering membuatmu susah”. Ya, aku memilih berbahagia tumbuh tua dengan segala kelemahan dan kelebihanmu. Dan aku tahu kau memilih melakukan hal yang sama untukku.

Dengan penuh cinta,


Annisa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

welcome world, Belkisa #2

Halalin Adek Bang

Relatif itu...