Catatan Perjalanana Gorazde
Masih jet lag bo..pdhl udh seminggu nyampe...dan eng ing eng besok mulai masuk.
So mending gw ngemeng panjang-panjang di sini dengan harapan bisa bobo manis setelahnya.
Masih tentang #mudik_bosnia2018
--------
Hari-hari pasca lahiran ismail adalah masa paling biru sepanjang hidup gw. Selain baby blues, tanggal-tanggal segini hingga tgl 11 nanti, di tv2 lokal bosnia pasti hangat membahas tentang tragedi Sbrenica. Kejadian dimana ribuan pengungsi dibantai dalam beberapa malam pada tahun 1995.
Bicara Srebrenica gw jadi inget liburan kemarin saat kami sempat mngunjungi paman di kota GoraΕΎde timur bosnia. Perjalanan, sekitar 100km itu melewati belasan..bahkan mungkin puluhan tunel hingga menuju lokasi. Tunel2 itu membelah gunung-gunug besar yang kami lalui. Beberapa tunel panjangnya cukup lumayan, sehingga kadang gw membayangkan bagaimana para claustrophobia melewati wilayah tersebut.
Hari itu cerah namun sepanjang perjalanan entah kenapa gw merasa tegang, hingga ga ada minat sama sekali untuk mendokumentasikan suasana perjalanan siang itu. Bagi gw mengambil rute mana saja di negeri ini sll menarik. Pemandangan yang disajikan selalu memanjakan mata dan jiwa (tsahhh).
Kali ini pemandangn yang tersuguh selain kendaraan yang lalu lalang gw hanya melihat tebing-tebing yang menjulang diantara jalan raya mulus yang kami lewati. Walau gitu sebenarnya tetap saja keren kl didokumentasikan, tapi seperti kata gw tadi.....gw ga melakukannya karena perasaan ga nyaman yg mendera.
Tiba2 suami bilang, "wilayah ini ga ada penduduknya, karena lihat sendiri kan isinya hanya batu-batu tebing"
Sbnrnya gw agak suprise...emang dia bs membaca pikiran gw ya? Atau muka gw sebegitu horornya?
Bener....beberapa puluh kilo meter perjalanan yang kami lihat di kiri kanan cuma gunung2 batu.
"Ini ke arah Srebrenica", tambahnya lagi.
Alamak...seketika hati gw ngilu denger nama wilayah itu. Membayangkan para pengungsi yang berjalan di wilayah sepi ini, dikelilingi tebing, dan menempuh puluhan kilo untuk mencari suaka...kemudian dibunuh secara membabi buta.
"Jadi ini rute perjalanan mereka?" Gw mulai kepo.
Adnan dan tmnnya, terdiam.
"Mungkin, tapi kayanya ada rute lain", kata teman kami yg sedang mengendarai.
Satu hal yang gw bingung dari mereka. Dua cowok ini bs dikategorikan cowok2 berwawasan luas (cie..), kl mereka ikut cerdas cermat (ketawan kan gw generasi apa?) mereka mungkin bisa jadi pemenangnya.
Tapi coba deh tanya soal perang yang dialami negera mereka 25 th lalu...pasti kebanyakan "te tooot nya". Atau mungkin mereka emang enggan membahas masalah sensi seperti ini. Masalah yang membuat mereka juga pilu tentunya.
Gw jarang dapat info detil tentang perang di negeri ini dari suami. Sementara dulu beritanya heboh di negeri kita. Kalaupun dia cerita, lebih kepada pengalaman pribadi dia saat itu. Dan pengalamnnya dia sendiri ga bgitu banyak, mengingat dia pernah ngungsi ninggalin bosnia saat usianya masih seumuran ismail saat ini.
Tragedi Srebrenica ini sendiri setiap tahun diperingatkn. Baik dengan cara longmarch napak tilas jalur para pengungsi, dan juga dengan seremoni yg dilakukan di pusat kota utk mengenang tewasnya 8372 warga sipil tak bersenjata.
Seremoni di kota tiap tahun caranya beda-beda. Beberapa th lalu mereka menyediakan kursi kosong sebanyak jumlah para korban di alun2 kota. Di tahun yang lain mereka menata fildzan (cangkir kecil utk ngopi) sejumlah korban2 tewas yang telah terdata.
Dan hingga detik ini pencarian orang hilang oleh keluarga2 yang masih hidup masih dilakukan. Kadang yang mereka temukan berupa kuburan masal, kadang hanya tulang2 bagian tubuh yang terpisah. Kalau di th 2012 jumlahnya masih 6 ribuan dan skrg sdh 8 ribuan, maka bukan tidak mungkin beberapa tahun kdepan akan terus bertambah.
Oya gw berkesempatan kenal dg seorang wni yg mnikah dg laki2 yg berasal dr Srebrenica. Awalnya dia bercerita bagaimana pemurahnya om Erdogan yg memberi bantuan tanda duka cita kepada keluarga korban Srebrenica dengan jumlah yang besar. Gw mndengrnya langsung tertarik. Ya, tertarik ingin mengetahui bagaimana suaminya bisa selamat dari tragedi tersebut, bukan sama nominal bantuannya.
Ternyata ayah, paman dan saudara laki-tidak dari suaminnya tidak ada yang selamat. Sementara sang suami yg masih balita dibawa bergerilya oleh sang ibu dr rumah kosong yang satu ke rumah kosong yang lain untuk menyelamatkan diri. Gw bergidik.
Entah ya, jika ada dlm posisi sang ibu, apa msh bisa gw menjaga kewarasan diri. Atau mungkin, justru sosok sang anaklah yg mampu membuatnya ttp waras sehingga mampu berjuang hidup hingga kini?
Lepas dr sebuah tragedi semacam ini bukan lah sesuatu yang bisa serta merta disyukuri begitu saja bagi mereka yang selamat. Sepanjang hidup, mereka tentu akan dihantui kenangan akan anggota keluarga yang direnggut secara paksa dari sisi mereka. Ya 8 ribu sekian itu bukan semata angka2 tanpa nyawa, disetiap satuannya ada harapan, cinta, juga kenangan bagi org2 yang ditinggal.
Terlepas dari latar belakang apa dan kenapa, gw tetap ga abis pikir..kenapa ada kaum yg bs tega membantai rakyat sipil.
Sepanjang sejarah peradaban manusia entah ada berapa juta peristiwa semacam ini terjadi baik tercatat maupun yg terlupakan. Apa saat mereka menghabisi nyawa para korban tidak terbesit dalam pikiran, bahwa orang2 yg tidak melawan tanpa senjata dihadapan mereka tersebut memiliki keluarga, sama seperti mereka?
Kalau sudah begini gw cuma bisa menekuri pertanyaan para malaikat (mahluk yang pada diri mereka memiliki ketaatan yang sempurna itu) pada Allah di surah albaqarah ayat ke 30. Saat mereka bingung kenapa Allah memilih manusia menjadi khalifah, padahal manusia suka menumpahkan darah karena memiliki hawa nafsu. Namun Allah menjawab pertanyaan tersebut dengan jawaban singkat "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". *Nyes jleb*.
Ya, Allah apalah gw ini mempertanyakn semua skenario yang Kau buat Harusnya mah gw fokus aja ya dg peran yg gw punya.
Membersamai anak2 manusia yg kelak memimpin pada zamannya. Menanamkan cinta dan kebaikan pd setiap helaan nafas mereka.
Tak perlu merisaukan apa mereka akan selamat atau gugur saat huru hara akhir zaman yang kini tabuhnya semakin jelas terdengar. Karena hakikatnya semua kita akan menghadapi kematian. Yang perlu dirisaukan adlah kecukupan amal baik mereka saat menghadapinya.
Laa hawla wa laa quwwata illa billah. Tiada daya dan upaya selainMu ya Allah. Mampukan kami menjalankan peran pada amanah2 yang Kau berikan.
------
.
.
.
.
Ummh...setelah ngemeng beginian gw ga yakin malah bs tidur
So mending gw ngemeng panjang-panjang di sini dengan harapan bisa bobo manis setelahnya.
Masih tentang #mudik_bosnia2018
--------
Hari-hari pasca lahiran ismail adalah masa paling biru sepanjang hidup gw. Selain baby blues, tanggal-tanggal segini hingga tgl 11 nanti, di tv2 lokal bosnia pasti hangat membahas tentang tragedi Sbrenica. Kejadian dimana ribuan pengungsi dibantai dalam beberapa malam pada tahun 1995.
Bicara Srebrenica gw jadi inget liburan kemarin saat kami sempat mngunjungi paman di kota GoraΕΎde timur bosnia. Perjalanan, sekitar 100km itu melewati belasan..bahkan mungkin puluhan tunel hingga menuju lokasi. Tunel2 itu membelah gunung-gunug besar yang kami lalui. Beberapa tunel panjangnya cukup lumayan, sehingga kadang gw membayangkan bagaimana para claustrophobia melewati wilayah tersebut.
Hari itu cerah namun sepanjang perjalanan entah kenapa gw merasa tegang, hingga ga ada minat sama sekali untuk mendokumentasikan suasana perjalanan siang itu. Bagi gw mengambil rute mana saja di negeri ini sll menarik. Pemandangan yang disajikan selalu memanjakan mata dan jiwa (tsahhh).
Kali ini pemandangn yang tersuguh selain kendaraan yang lalu lalang gw hanya melihat tebing-tebing yang menjulang diantara jalan raya mulus yang kami lewati. Walau gitu sebenarnya tetap saja keren kl didokumentasikan, tapi seperti kata gw tadi.....gw ga melakukannya karena perasaan ga nyaman yg mendera.
Tiba2 suami bilang, "wilayah ini ga ada penduduknya, karena lihat sendiri kan isinya hanya batu-batu tebing"
Sbnrnya gw agak suprise...emang dia bs membaca pikiran gw ya? Atau muka gw sebegitu horornya?
Bener....beberapa puluh kilo meter perjalanan yang kami lihat di kiri kanan cuma gunung2 batu.
"Ini ke arah Srebrenica", tambahnya lagi.
Alamak...seketika hati gw ngilu denger nama wilayah itu. Membayangkan para pengungsi yang berjalan di wilayah sepi ini, dikelilingi tebing, dan menempuh puluhan kilo untuk mencari suaka...kemudian dibunuh secara membabi buta.
"Jadi ini rute perjalanan mereka?" Gw mulai kepo.
Adnan dan tmnnya, terdiam.
"Mungkin, tapi kayanya ada rute lain", kata teman kami yg sedang mengendarai.
Satu hal yang gw bingung dari mereka. Dua cowok ini bs dikategorikan cowok2 berwawasan luas (cie..), kl mereka ikut cerdas cermat (ketawan kan gw generasi apa?) mereka mungkin bisa jadi pemenangnya.
Tapi coba deh tanya soal perang yang dialami negera mereka 25 th lalu...pasti kebanyakan "te tooot nya". Atau mungkin mereka emang enggan membahas masalah sensi seperti ini. Masalah yang membuat mereka juga pilu tentunya.
Gw jarang dapat info detil tentang perang di negeri ini dari suami. Sementara dulu beritanya heboh di negeri kita. Kalaupun dia cerita, lebih kepada pengalaman pribadi dia saat itu. Dan pengalamnnya dia sendiri ga bgitu banyak, mengingat dia pernah ngungsi ninggalin bosnia saat usianya masih seumuran ismail saat ini.
Tragedi Srebrenica ini sendiri setiap tahun diperingatkn. Baik dengan cara longmarch napak tilas jalur para pengungsi, dan juga dengan seremoni yg dilakukan di pusat kota utk mengenang tewasnya 8372 warga sipil tak bersenjata.
Seremoni di kota tiap tahun caranya beda-beda. Beberapa th lalu mereka menyediakan kursi kosong sebanyak jumlah para korban di alun2 kota. Di tahun yang lain mereka menata fildzan (cangkir kecil utk ngopi) sejumlah korban2 tewas yang telah terdata.
Dan hingga detik ini pencarian orang hilang oleh keluarga2 yang masih hidup masih dilakukan. Kadang yang mereka temukan berupa kuburan masal, kadang hanya tulang2 bagian tubuh yang terpisah. Kalau di th 2012 jumlahnya masih 6 ribuan dan skrg sdh 8 ribuan, maka bukan tidak mungkin beberapa tahun kdepan akan terus bertambah.
Oya gw berkesempatan kenal dg seorang wni yg mnikah dg laki2 yg berasal dr Srebrenica. Awalnya dia bercerita bagaimana pemurahnya om Erdogan yg memberi bantuan tanda duka cita kepada keluarga korban Srebrenica dengan jumlah yang besar. Gw mndengrnya langsung tertarik. Ya, tertarik ingin mengetahui bagaimana suaminya bisa selamat dari tragedi tersebut, bukan sama nominal bantuannya.
Ternyata ayah, paman dan saudara laki-tidak dari suaminnya tidak ada yang selamat. Sementara sang suami yg masih balita dibawa bergerilya oleh sang ibu dr rumah kosong yang satu ke rumah kosong yang lain untuk menyelamatkan diri. Gw bergidik.
Entah ya, jika ada dlm posisi sang ibu, apa msh bisa gw menjaga kewarasan diri. Atau mungkin, justru sosok sang anaklah yg mampu membuatnya ttp waras sehingga mampu berjuang hidup hingga kini?
Lepas dr sebuah tragedi semacam ini bukan lah sesuatu yang bisa serta merta disyukuri begitu saja bagi mereka yang selamat. Sepanjang hidup, mereka tentu akan dihantui kenangan akan anggota keluarga yang direnggut secara paksa dari sisi mereka. Ya 8 ribu sekian itu bukan semata angka2 tanpa nyawa, disetiap satuannya ada harapan, cinta, juga kenangan bagi org2 yang ditinggal.
Terlepas dari latar belakang apa dan kenapa, gw tetap ga abis pikir..kenapa ada kaum yg bs tega membantai rakyat sipil.
Sepanjang sejarah peradaban manusia entah ada berapa juta peristiwa semacam ini terjadi baik tercatat maupun yg terlupakan. Apa saat mereka menghabisi nyawa para korban tidak terbesit dalam pikiran, bahwa orang2 yg tidak melawan tanpa senjata dihadapan mereka tersebut memiliki keluarga, sama seperti mereka?
Kalau sudah begini gw cuma bisa menekuri pertanyaan para malaikat (mahluk yang pada diri mereka memiliki ketaatan yang sempurna itu) pada Allah di surah albaqarah ayat ke 30. Saat mereka bingung kenapa Allah memilih manusia menjadi khalifah, padahal manusia suka menumpahkan darah karena memiliki hawa nafsu. Namun Allah menjawab pertanyaan tersebut dengan jawaban singkat "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". *Nyes jleb*.
Ya, Allah apalah gw ini mempertanyakn semua skenario yang Kau buat Harusnya mah gw fokus aja ya dg peran yg gw punya.
Membersamai anak2 manusia yg kelak memimpin pada zamannya. Menanamkan cinta dan kebaikan pd setiap helaan nafas mereka.
Tak perlu merisaukan apa mereka akan selamat atau gugur saat huru hara akhir zaman yang kini tabuhnya semakin jelas terdengar. Karena hakikatnya semua kita akan menghadapi kematian. Yang perlu dirisaukan adlah kecukupan amal baik mereka saat menghadapinya.
Laa hawla wa laa quwwata illa billah. Tiada daya dan upaya selainMu ya Allah. Mampukan kami menjalankan peran pada amanah2 yang Kau berikan.
------
.
.
.
.
Ummh...setelah ngemeng beginian gw ga yakin malah bs tidur
Komentar
Posting Komentar