Mudik Bosnia 2018
Menunaikan janji pada diri sendiri dan beberapa teman, gw bertekad akan merekam jejak perjalanan kami kali ini dalam bentuk tulisan dan foto2.
Mumpung ada waktu gw mau crita pengalaman hari pertama kami tiba. Saat itu waktu menunjukan pk 12 siang waktu setempat. Entah krn kaptennya ambil rute yang lebih pendek atau nge-gas dengan kekuatan lebih, yg pasti penerbangan ini lebih cepat 20 menit dari rencana awal.
Gw, adnan dan anak-anak keluar dari badan pesawat dengan agak tergesa karena kami semua kebelet pipis.
Toilet yg disediakan sebelum pemeriksaan imigrasi di hadapan kami itu terbilang irit. Masing-masing rest room hanya memiliki 2 bilik toilet dan satu wastafel.
Setelah menunggu bbrp saat gw dan belkisa masuk ke salah satu toilet perempuan. Selesai urusan toilet, gw inisiatif bongkar jilbab yang lebih 24 jam gw pakai dr serpong (saat rapotan hr kedua di sekolah), dan tentu bentuknya mulai awut2an.
Seperti biasa gw ga pernah berlama-lama di depan cermin, ditambah dr luar gw dengar ismail manggil2.
"Mami..mami...cepetan mami" suaranya resah.
"Iya bentar...ga ush buru2 lah bang" ujar gw santai.
"Mereka nunggu kita, kita yg terakhir" kali ini adnan angkat suara.
"So what? Itu kan kerjaan mreka dan ini msh jam kerja," gw manyun.
"Pesawat kita penerbangan terkhir yang datang hr ini, jd mereka mau ngerjain yg lain"
What? Seketika gw mangap. Jam segini udah pada bubaran?
Well, dulu pun gw udah tau bandara internasional sarajevo ini terbilang sepi untuk ukuran bandara ibu kota. Paling malam mereka buka pk 22 tiap harinya.
Itu makanya bbrp waktu lalu gw ngakak saat melihat pengumuman di superindo serpong yg meberitahukan bahwa mereka buka hingga tengah malam selama 5 hari spesial.
"Wah kalah deh aerodrom (airport) sarajevo," ucap gw ke suami saat itu, dia cuma mesem.
Oya di salah satu kota di bosnia (zenica) ga jarang dijadikan tuan rumah utk pertandingan sepak bola negara2 eropa. Satu kali tim bola salah satu negara tereliminasi, dan mereka ga bisa plg secepatnya setelh pertandingan dikarenakan airportnya sdh tutup
Selepas gw rapihin jilbab, kami berempat jalan menuju tempat pemeriksaan imigrasi. Tinggal 1 petugas yg bertahan di posnya.
Karena ga ada kerjaan, dia sempet nanya2 di mana kita kenal dll. Aah si om kepo deh. Maka benar adanya, orang yang memiliki banyak waktu luang, cenderung melakukan hal2 ga manfaat (baca: kepo), spt si om ini.
Keluar dari wilayah pemeriksan imigrasi kami menuju tempat pengambilan bagasi. Yup hanya bagasi kami yg tertinggal. Setelah menyusun ke dalam troley, kami berhadapan dengan satu pos lagi seharusnya. Pos pemeriksaan bagasi.
Tapi apa daya..krn kita paling belakang dan paling lama (pdhl cm beda 10 menit dr rombongan penumpang lainnya), si petugas udh bersiap meninggalkan tempat kerja. Sama spt petugas sebelumnya, petugas bagasi ini juga kepo tanya2 history kita ketemu, bknnya kepo dg apa yg kita bawa.
Lepas dr si bapak, kami pun keluar dari ruangan tadi. Alhamdulillah masih banyak orang di sana, sehingga kami ga perlu buru2 krn kuatir menjadi yg terakhir lg. Sebab kalau jadi yang terkhir, gw curiga jangan2 kami disuruh segera kluar dari aiport karena aiportnya mau digembok
Orang2 yg ada di situ rata2 sedang nunggu jemputan sama seperti kami.
Saat dalam masa penantian, belkisa diajak bicara oleh 2 orang remaja bercadar. Mreka sepertinya tertakjub2 melihat penampilan belkisa hari itu dg jilbab mungilnya.
Iya sepengetahuan gw, di bosnia jarang gw temuin anak seumuran belkisa dijilbabin, walau ortu mereka bercadar sekalipun.
Setelah mereka berhasil membujuk belkisa ngobrol, alhamdulillah ga lama jemputan kami tiba. Adnan happy bgt saat melihat salah satu sobatnya dtg menjemput.
Setelah berpelukan, adnan bicara dalam bahasa indonesia ke temannya yg jelas2 bkn indonesian,
"Apa kabar? Ada muda?"
Kemudian mereka terkekeh2 kompak.
Ishhh...gw padahal tau, arti "muda" dlm bahasa mereka. Tp gw milih pura2 lugu dan pasang wajah datar, supaya bisa cepat2 pergi dr sana dan bs bertemu dg keluarga yg sdh menanti kami di rmh.
9 Juni 2018
Komentar
Posting Komentar