Mudik Bosnia 2018
Perjalanan dari bandara ke rumah hanya membutuhkan waktu 10 menit. Cuaca hari itu cerah, namun anginnya tetap semriwing hingga ke sumsum. Kami disambut dengan suhu 20 derajat. Bagi kami yg selama ini berkutat hidup di jkt, maka suhu 20 derajat sdh masuk kategori dingin.
Namun tentu hal itu berbeda bagi penduduk lokal. 20 derajat celcius, adalah wujud konkrit kehangatan yg mereka rindukan setelah melewati suhu belasan minus derajat beberapa bulan sebelumnya.
Karena ingin menghormati kami, Emir teman adnan tersebut menyalakan ac mobilnya. Adnan menolak,
"Ga perlu bro, istri dan anak2 gw udh kedinginan,"
Emir terbelalak mendengarnya.
Keluar dr area parkir bandara, gw jd inget pertama kali tiba di kota ini. Gw tengah hamil ismail 7 bulan saat itu. Dan kami dijemput 3 hingga 5 kendaraan keluarga. Sepanjang jalan, rombongan kami memberikan kode klakson bersahut2an, tanda membawa pengantin.
Gw sadar diri lah kalau skarang gw ga dijemput dg cara itu....sbb 10 tahun pernikahan udh ga cocok disebut pengantin baru kan.
Di perjalanan adnan dan temannya membuat skenario drama kecil. Jadi ceritanya mertua gw selama ini hanya tahu gw dan belkisa yg akan ikut dg adnan tahun ini.
Alasannya krn ismail sdh datang tahun kemarin, dan tahun ini kami mau fokus urus administrasi buat belkisa.
Mendengar hal itu perasaan mertua gw tentu gado2 beberpa bulan terkhir. Antara seneng dan sedih, seneng akhirnya belkisa dan gw dtg setelah entah berapa puluh purnama dinanti, tp di sisi lain sedih karena cucu kesayangannya ga ikut.
Mertua (khusunya ibu mertua) punya ikatan emosi lbh kuat dg ismail ketibang dg belkisa. Wajar, belkisa hanya sempet ketemu nenanya saat usia 3 tahun dan dalam kurun 1 bulan saat nenanya berkunjung ke jkt. Sementara ismail sejak orok sdh sering disantroni sang nena.
Setiba di rumah, mertua dan kakak ipar yg sengaja datang jauh2 dr rumahnya (emangnya ada yg jauh di sarajevo?)sdh menanti. Seperti biasa mertua gw selalu meluk2 dg hangat mantunya yg baik hati ini saban ketemu. Begitu pula ke adnan dan belkisa.
Syukurnya mnginjak usia 5 th belkisa sdh ckp matang utk bersosialisasi dg lingkungan baru. Ga butuh waktu lama dia sudah bisa bercengkrama dengan nena, dedo, dan sepupu-sepupunya. Dan saat tiba-tiba ismail muncul di tengah kami suasana berubah riuh. Untung keriuhan gak berlangsung lama, karena indra penciuman gw udh heboh ksh tau otak, kalau sebentar lg gw akan ketemu makanan enak
Hingga tibalah acara puncaknya (bagi gw) jeng-jeng.....kami disambut dg kuliner khas bosnia pita (pie), yg kali ini berisi keju dan camilan favorit gw, oblande home made.
Seketika urat malu gw pd rontok. Gw makan lahap hidangan tsb di tengah hari ramadhan, padahal sepanjang perjalanan hak perut sudah terpenuhi dg baik. Ahmdulillahnya gw punya uzur syari sebagai perempuan utk ga berpuasa bbrp hr ini, jd gw ga musti nunggu sampai jam 20.30 untuk menghapus kerinduan sang lidah pada pita dan oblande.
------------------------
Foto oblandenya mertua: sejenis wafel yg teksturnya lembut walau penampakannya kelihatan garing. Biasanya dipotong bentuk jajaran genjang dengan ukuran sekitar 5x3x2 cm.
Ini makanan pertama yg gw cicipi saat pertama tiba di kota ini 9 th lalu.
Biasa muncul saat bajram atawa lebaran.
-10 Juni 2018
Komentar
Posting Komentar